Enam Sifat Asli Orang Indonesia yang Tak Pernah Dibicarakan

Daftar Isi [Tampil]


Di tahun 1977, Mochtar Lubis (jurnalis sekaligus penulis) berpidato di depan banyak orang di taman ismail marzuki. Diantara isi pidatonya, beliau membahas tentang 6 sifat manusia indonesia. Beliau mengatakan bahwa sifat orang Indonesia itu aslinya adalah hipokrit, feodal dan sebagainya.


Gagasannya pasa waktu itu mengundang pro dan kontra. Ada yang mendukung dan ada juga yang tersinggung. Salah satu orang yang tidak setuju dengan gagasan pak Mochtar Lubis adalah Margono Djojohadikusumo, kakeknya Prabowo Subianto (presiden RI ke-8). 


Margono beliau menganggap bahwa Mochtar Lubis terlalu berlebihan dalam menggambarkan feodalisme dari suku jawa. Menurutnya pula, penulisan pada pidatonya di taman Ismail Marzuki itu rawan menimbulkan prasangka bahwa Mochtar Lubis adalah manusia Indonesia yang anti-Jawa. 


Kritik dan tudingan itu kemudian dibantah oleh Mochtar Lubis. Beliau menjelaskan bahwa dia sama sekali tidak  membahas soal feodalisme di jawa saja. Gagasannya itu mencakup skala nasional satu Indonesia tidak hanya wilayah jawa saja. 

 

Terlepas dari benar atau tidaknya gagasan pak Lubis, jika kita tarik gagasan itu ke masa sekarang. Apakah gagasan pak lubis itu masih relevan? Atau jangan-jangan, apa yang dikatakan oleh beliau itu salah? 


selective-photography-of-man-pedaling-wagon

Siapa Mochtar Lubis

Jika ditanya siapa almarhum Mochtar Lubis, jawabannya bisa panjang dan beragam. Tergantung dari sisi mana kita lihat sosok beliau. Kalau kita ambil sisi karier, pak Mochtar Lubis dikenal sebagai jurnalis, wartawan, dan juga penulis senior di Indonesia.


Selama hidup, Beliau termasuk jurnalis yang berisik. Aktif nulis sastra, dan kritik pemerintah. Sampe Surat kabarnya, Indonesia Raya diberedel pemerintah. dan pernah Bolak-balik masuk penjara mau itu di masa orde lama maupun di orde baru.


Berkaca pada karir dan kiprah beliau sebagai jurnalis itu, maka penulis pun membuat sebuah asumsi. Penulis berasumsi bawa gagasan yang disampaikan oleh pak Lubis tentang 6 sifat manusia indonesia itu dibuat dengan serius; lewat riset; dan pemikiran mendalam. 


Bagaimana mungkin seorang jurnalis dengan karir bertahun-tahun mau menghancurkan karirnya dengan kritik atau gagasan yang mentah. Tapi, ini hanyalah asumsi belaka, jika pembaca merasa keberatan, penulis memaklumi hal tersebut.  


Sifat Asli Manusia Indonesia


[1] Munafik atau Hipokrit

Sifat manusia Indonesia nomor satu menurut pak Mochtar Lubis adalah sifat munafik. Jika kita ambil ciri orang munafik dari terminologi islam, maka ada tiga cirinya: 


a] Pertama, jika bicara pasti ada bohongnya,


b] Kedua, jika berjanji pasti ingkar,


c] Ketiga, jika diberi amanah (kepercayaan), pasti berkhianat


d] Keempat, jika bermusuhan, pasti lebih kejam


Salah satu contoh saja kelakuan orang munafik, bisa kita lihat pada pejabat di negeri "Konoha".


Ketika masa kampanye berkata dan berjanji siap mendengar saran dan kritik. Kemudian ketika sudah menjabat  dan dikritik, sikapnya malah represif. Penduduk dan aktivis yang aktif demo dan kritik kebijakan, disebut dengan frasa "anjing". Terus menyuruh Anbu (pihak keamanan konoha) untuk membungkam suara penduduk. 


Selain itu, ketika membuat kebijakan, tujuannya bukan untuk kesejahteraan bersama, tapi untuk kalangannya saja. Padahal, penduduk konoha milih Hokage dan pejabat itu supaya aspirasi mereka didengar. Bukan malah dicuekin apalagi sampai dibungkam. 


Menurut kamu, sikap Hokage dan pejabat desa Konoha yang seperti itu munafik atau bukan? Silakan jawab sendiri ya


[2] Enggan Bertanggungjawab atas Perbuatannya

Manusia Indonesia akan berusaha menghindari tanggungjawab apapun dari hasil perbuatannya. Padahal jelas ada andil dirinya di masalah yang muncul. Misal perkara perusakan lingkungan dan bencana.


Ada bencana yang asli musibah. Masyarakat nggak salah apa-apa tiba-tiba banjir. Namun, ada pula bencana yang memang hasil perbuatan tangan manusia. Masalah paling sederhana adalah pencemaran sungai dan lingkungan. 


Akibat dari kebiasaan membuang sampah/limbah ke sungai bisa beragam. Tiga diantaranya adalah pendangkalan dan perusakan ekosistem. Sampah yang dibuang ke sungai, sebagian akan menumpuk di dasar dan membentuk lapisan lumpur. Sedangkan sisanya akan terbawa sampai muara. 


Namun, masalahnya belum selesai. Sampah yang sampai muara tidak akan hilang begitu saja. Sebagian akan menumpuk dan sebagian lagi akan berubah menjadi microplastik. Sudah tidak terhitung jari, berapa banyak hewan laut yang mati karena sampah manusia. 


Ketika ada pihak yang sukarela mengedukasi soal kebersihan. Sebagian Manusia Indonesia malah mengolok-ngolok, tidak mau dikritik (mirip seperti kades konoha). Merasa perbuatan mereka itu benar karena sudah dilakukan turun-temurun. Dan ketika diminta pertanggung jawaban, jawabannya selalu template:


"Bukan urusan saya ... biar pemerintah yang urus ... saya mah cuma rakyat kecil biasa ..."


[3] Berjiwa Feodal

Jauh sebelum Indonesia merdeka, banyak kerajaan-kerajaan berdiri di bumi nusantara; dan semuanya menerapkan feodalisme dimana tiap orang dibedakan berdasarkan kasta, kekayaan, kekuasaan dan sebagainya. Ada kaum jelata, ada bangsawan.


Kemudian ketika penajajah masuk ke Hindia Belanda, feodalism ini nggak berakhir. Justru tetap dilanggengkan dan dipelihara. Sikap feodalism itu terus terwariskan dimana orang yang punya kekuasaan akan menjadi sangat kuat; dan bisa bertindak seenaknya.


Sedangkan, orang yang tidak punya kekuasaan dipaksa untuk menurut. Jika tidak mau, akan diancam tidak bisa naik jabatan; keluarganya diganggu; jika punya bisnis, pasti dibikin bangkrut.


Baru dapat jabatan, sikapnya sudah seperti raja; minta dihormati dan merasa paling kebal hukum. Kalo Anak-istri kena masalah dan jadi pelaku kriminal, tinggal jual nama sebagai anggota dewan. Hukum tiba-tiba punya mata dan tumpul. Inilah alasan kenapa tiap kasus yang pelakunya masih keluarga si pejabat, kasusnya pelan-pelan ilang atau berujung damai.


Sikap feodal ini nyatanya nggak hanya di kalang pejabat. Di masyarakat kita temuin manusia yang bersikap seolah raja. Tiba-tiba datang ke warung minta duit keamanan, sambil klaim dia yang punya wilayah. Kalau tidak diturutin, "raja kecil" ini pasti baper terus bawa kawanannya untuk buat kegaduhan. 


[4] Percaya Takhayul

Sifat keempat manusia Indonesia menurut pak Lubis adalah percaya takhayul. Takhayul sendiri bisa diartikan sebagai kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan secara akal sehat.


Jika mengutip Tan Malaka dalam Madilog, hal seperti ini bisa disebut dengan logika mistika. Alih-alih percaya sama ilmu pengetahuan yang konkrit; ada bukti ilmiahnya, lebih milih takhayul.


Misalnya: Di saat toko selalu sepi, langsung saja berprasangka kena guna-guna. Padahal jika mau dipikirkan baik-baik, sebabnya justru masih masuk akal. Bisa jadi dikarenakan teknik marketing yang kurang; atau tempat yang sudah tidak strategis; dan masih banyak lagi.


Kasus lain: Ingin cepat kaya, bukannya belajar ilmu usaha, ilmu mengatur keuangan, malah datang ke dukun. Minta amalan ini - itu, dan jimat-jimat aneh. Gilanya, ada orang yang rela bayar puluhan juta, padahal tuh dukun cuma modal ngibul. 

 

Kasus lainnya lagi: Ingin dapat jodoh. Katanya, mesti mandi di air terjun ini-itu, minum dari mata air ini-itu, dan buat amalan-amalan yang nggak masuk akal. Padahal, kalau memang mau dapet jodoh cukup perbaiki penampilan, sikap, isi dompet, dan pergaulan.


Juga jangan lupa berdoa sama Tuhan. Itupun kalau ngerasa masih punya Tuhan.


Sifat percaya takhayul seperti ini yang mesti kita sama-sama ubah. Bukan berarti tidak percaya pada yang ghaib. Buat muslim, percaya perkara yang gaib itu wajib. Tapi bukan berarti apa-apa langsung "oh ini karena gaib", cobalah untuk kritis dan pikirkan baik-baik.


[5] Artistik

Berbeda dengan empat sifat sebelumnya yang berkonotasi negatif. Sifat kelima orang Indonesia ini justru sebaliknya. Dia menunjukkan hal positif yaitu cinta seni dan keindahan (artistik). 


Menurut pak Lubis, manusia Indonesia itu sangat suka dengan seni dan keindahan. Sifat itu tercermin dalam berbagai bentuk seni tradisional, seperti tari, musik, ukiran, dan tenun di berbagai daerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia Indonesia memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi. 

Apakah kamu suka hal-hal Indah juga?

 

[6] Watak yang lemah (Inferior)

Dikatakan bahwa Manusia Indonesia itu punya watak yang lemah bukan tanpa sebab. Mereka yang berwatak lemah cenderung menghindari tanggung jawab dan sering mencari kambing hitam. Tidak yakin pada diri sendiri.


Pada akhirnya, mereka jadi memiliki  kecenderungan untuk bergantung pada orang lain atau kekuatan eksternal, untuk menyelesaikan masalah mereka. Hal ini mencerminkan kurangnya kemandirian dan inisiatif.


Sehingga, ketika ada pihak luar masuk untuk intervensi. Manusia Indonesia seringkali mudah terpengaruh tanpa peduli prinsip-prinsip mereka sendiri. Mereka cenderung merasa inferior--merasa rendah diri, dan kurang tegas. 


Refleksi

Orang yang bisa menjawab apakah gagasan pak Mochtar Lubis itu benar atau salah bukanlah penulis. Melainkan pembaca sebagai reflektor dari ide tulisan ini. 


Coba amati lingkungan dan orang-orang sekitar, apakah keenam sifat orang indonesia itu benar adanya atau justru cuma gagasan tak terbukti. Bagaimana tanggapanmu?


Referensi

Lubis, M. (2018). 6 Sifat Manusia Indonesia. Universitas Negeri Yogyakarta. Sifat%20Manusia%20Indonesia/6017-Article%20Text-4196-1-10-20180812.pdf


National Geographic Indonesia. (2021, 28 Desember). Pidato Kebudayaan Mochtar Lubis, Menguak Enam Sifat Manusia Indonesia. National Geographic Indonesia. https://nationalgeographic.grid.id/read/13306246/pidato-kebudayaan-mochtar-lubis-menguak-enam-sifat-manusia-indonesia?page=all


Bibliopedia. (n.d.). 12 Sifat Dasar Manusia Indonesia Menurut Mochtar Lubis. Bibliopedia. https://bibliopedia.id/12-sifat-dasar-manusia-indonesia-menurut-mochtar-lubis/


Bengkel Narasi. (2022, 12 Mei). Buku 6 Sifat Manusia Indonesia Mochtar Lubis. Bengkel Narasi. https://bengkelnarasi.com/2022/05/12/buku-6-sifat-manusia-indonesia-mochtar-lubis/


Wikipedia. (n.d.). Mochtar Lubis. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Mochtar_Lubis


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (n.d.). Mochtar Lubis. Ensiklopedia Sastra Indonesia. https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Mochtar_Lubis


Penulis: Maulana Hasan

Editor: - 


Tags: